Minggu, 25 Januari 2009

PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU

Ini kisah yang aku dapet dari file milis aku, semoga bermanfaat

PEREMPUAN YG DICINTAI SUAMIKU
>
> Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang
> pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik
> dan lebih menuruti apa mauku.
>
> Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan
> pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi,
> kemudian mengantar anak kami
sekolah. Tidurnya sangat
sedikit, makannya

>
>
> pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.
>
> Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia
> pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia
> tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak
> memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.
>
> Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan
> makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan
> berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang
> terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
>
> Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan
> anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam,
> aku menyangka dia memang tidak suka tertawa
lepas.
>
> Aku mengira rumah tangga
kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.
> Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek
> sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya,
> dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena
> sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang
> perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha,
> temannya Mario saat dulu kuliah.
>
> Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah
> melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar
> indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2
> waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan
> penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga
>
yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia
bercerita.
>
> Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu,
> Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang
> akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka
> yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya
> bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya
> bekerja.
>
> Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada
> Mario , setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam
> sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan
> mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan
> komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang,
> ada pekerjaan yang membingungkan.
>
> Suatu
saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan
masih dirawat di
> RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal,
> karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa
> dengan suara riangnya,
>
> " Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak
mau
> makan juga? uhh… dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus
> mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario , tiba2 saja sepiring nasi
> itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak pernah melihat tatapan penuh
> cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah
> seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
>
> Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya
> membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih
> sakit dari rasa sakit setelah operasi
caesar ketika aku melahirkan
> anaknya. Lebih
sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan
> yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia
> tidak pulang kerumah saat ulang tahun perka wina n kami kemarin. Lebih
> sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding
> aku.
>
> Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha
> begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan
> membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku
> nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
>
> Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati
> bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang
> bergejolak dihatinya.
>
> Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak
pernah
> menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis
kemudian.
>
> Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya
> keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka
> password email Papa nya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat suratpapa
buat
> tante Meisha ?"
>
> Aku tertegun memandangnya, dan membaca suratelektronik itu,
> /
> Dear Meisha,/
> /
> Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung
> hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada
> Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku
> mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku./
> /
> Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2
> mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu,
> tidak ada perasaan rindu yang tidak
pernah padam ketika aku tidak
> menjumpainya. Aku hanya tidak ingin
menyakiti perasaannya. Ketika konflik2
> terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak
> sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari
> untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku
> menikahinya. /
> /
> Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti
> ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang
> tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti
> pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun
> tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan./
> /
> Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik
> orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan
> kami. Meskipun hatiku terasa
hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa
> melihat Rima bahagia dan
tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia
> inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan
> tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.
> Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau
> mengerti, you are the only one in my heart./
> /
> yours,/
> /
> Mario/
>
> Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru
> berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan
> menyayangiku.
>
> Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia
> mencintai perempuan lain.
>
> Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surathampir setiap
> hari untuk suamiku. Suratitu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di
> lemari
bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.
>
> Mobil yang dia berikan
untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan
> tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor
> untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku
> tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan
> baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku
> karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah
> semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
>
> Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang
> perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia
> tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak
> menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan
> mengangguk dan melamarku lalu
menikahiku.. Betapa malangnya nasibku.
>
> Marioterus menerus sakit2an,
dan aku tetap merawatnya dengan setia.
> Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2
> tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu.
> Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu
> mencintainya.
>
> **********
>
> Setahun kemudian…
>
> Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah
> pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.
>
> " /Mario, suamiku…./
> /
> Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja
> dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona
> padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku
> tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif
ingin
> memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan
> tidak
memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam
> dan menuruti keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang
diinginkan
> banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku
> sehingga mau melakukan apa saja untukku…../
> /
> Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan
> kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor
> dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario ./
> /
> Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ?
Kenapa
> kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi
> istriku ?"/
> /
> Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya./
> /
> Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau
tidak pernah bahagia
> bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku
bukanlah
> wanita yang sempurna yang engkau inginkan./
> /
> Istrimu,/
> /
> Rima"/
> /
> D/i suratyang lain,
> /
> "………Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak
lagi sedingin
> es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat
> cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh
> cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang
Meisha……"/
>
> Disurat yang kesekian,
> /
> "…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku./
> /
> Aku telah berubah, Mario . Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu,
> aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku
> belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku
tidak
> lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan
> ibumu. Aku
selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu
> meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini? Aku
> merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku
> suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah
> sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu
> bermasalah……./
> /
> Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap
> berusaha dan menantinya…….."/
>
> Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya…
> dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
>
> Disurat terakhir, pagi ini…
> /
> "…………..Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang
ke-9. Tahun
> lalu engkau
tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu
> pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan
yang paling enak sedunia.
> Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan
> basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya
> mengendarai motor./
> /
> Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran
> dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak
> sakit./
> /
> Tahukah engkau suamiku,/
> /
> Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9
> tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari
> matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?………"/
>
> Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
>
> " Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat
> keceriaan diwajah
mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.
> Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari
mama seperti
> siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi
> aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika
> mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan
> kecepatan tinggi…… aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante…..
aku
> melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak……"
Jelita
> memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil
> untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
>
> Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario
> mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima
> membacanya.
> /
> Dear Meisha,/
> /
> Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima
berbeda, dia tidak lagi marah2
> dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh
>
basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya. Tiba2
> aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai
> bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ?/
> /
> Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan
> besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil
> mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan
> karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku…./
>
> Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk
> disamping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah
> terjadi, Mario . */Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika
> seseorang itu telah pergi meninggalkan
kita../*
>
> Jakarta, 7 Januari 2009 (dedicated to my friend....may you rest in
>
peace....)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar