Selasa, 19 Mei 2009

TUBUH MUNGIL ITU MENGHARAP SYURGA

TUBUH MUNGIL ITU MENGHARAP SYURGA

Tubuh mungil itupun terjerembab jatuh setelah didorong bapaknya yang sedang kesetanan. Tidak puas melihat anaknya menahan tangis, tongkat sapu pun dilayangkan hingga mengenai pantat anak kecil yang baru 6 tahun itu. Tiga pukulan yang keras akhirnya membuat tangis anak itu menggelegar. Tubuhnya terguncang menahan sakit dan tangisnya terdengar pilu. Setelah puas melihat anaknya menangis, sang bapakpun berkata dengan kasar:


”Kenapa Ilman mencuri uang bapak? Untuk apa uang 50 ribu itu? Bukankah selama ini Ilman diberi sehari 5 ribu untuk jajan di sekolah? Sementara anak lain tidak ada yang diberikan sebanyak itu. Setiap tahun Ilman diberikan baju, tas, sepatu dan semua kebutuhan. Bapak bekerja siang dan malam untukmu Man!!!!”


Anak ini hanya bisa menangis tersedu. Dia tidak mampu menjawab pertanyaan dan kemarahan bapak yang dicintainya. Dia hanya bisa merintih menahan sakit di bagian kepala yang baru saja terbentur. Suasanapun berangsur mereda dan menjadi sunyi. Namun, tiba-tiba saja dari ruang tengah berdering telepon. Sang bapak yang sudah terlihat capek ini perlahan mendekati gagang telepon. Dikejauhan terdengar suara perempuan. Ternyata, ia adalah ibu guru anak ini. Setelah basa-basi sebentar bu gurupun bercerita,


”Bagaimana si Ilman pak? Maaf saya menelpon bapak karena ada hal penting yang perlu bapak ketahui. Akhir-akhir ini si Ilman terlihat murung. Kira-kira sudah satu minggu ini. Tadi pagi dia datang menemui saya. Dia mengemukakan kebingungannya. Ia mengaku telah mencuri uang bapak. Dan saya lihat uang yang dicuri 50 ribu rupiah. Dia bertanya apakah itu berdosa. Saya mengatakan bahwa itu dilarang agama. Kemudian dia mengeluarkan uang sebanyak 30 ribu rupiah dari tasnya. Sayapun kaget dan bertanya apakah itu hasil dari mencuri. Dia menggelengkan kepala dan mengatakan tidak. Uang itu dikumpulkan dari uang jajan yang bapak berikan setiap hari. Jadi, selama ini dia tidak jajan selama seminggu.

Yang membuat saya iba dan sedih ketika Ilman bertanya apakah uang yang ia kumpulkan ini cukup untuk pergi ke Surga? Saya tanya kenapa? Katanya ia ingin bertemu ibunya yang sekarang di surga. Ia kangen sama ibu Pak. Ia ingin seperti teman-temanya yang masih bisa berkumpul dengan kedua orang tuanya. Ia kangen sekali sama ibu Pak. Kata Ilman ibunya telah menghilang setelah ketemu terakhir di rumah sakit. Maaf.....”.

Telpon itupun terputus. Tidak kuat menahan tangis sang bapak berlari menuju Tubuh mungil itu. Tubuh kecil itupun diangkat dengan penuh kasih. Namun takdir berbicara lain, anak itu telah menyusul ibunya di surga....


Profesional muda yang dirahmati Allah,

Anak adalah titipan. Ia adalah buah dari cinta kasih bersama pasangan kita. Allah SWT telah menganugerahkan anak itu untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, diajarkan kasih sayang, dididik agar taat kepada orang tua dan agamanya.

Anak jugalah yang bisa mengangkat derajat orang tuanya di surga. Rasulullah saw bersabda:


“Sesungguhnya Allah SWT akan mengankat derajat seorang hamba yang shalih di surga. Kelak ia akan berkata, ’’Wahai Rabbku, bagaimana hal ini bisa terjadi padaku?’ . Dijawab,’karena permohonan ampunan anakmu untukmu”

Profesional muda,

Sudahkah kita memperlakukan anak kita dengan baik? Sudahkah kita mengetahui harapan-harapannya? Impiannya? Keinginannya? Dan…yang terbaik untuknya? Ingatlah, anak yang shaleh adalah satu-satunya orang yang masih bisa berkirim kebaikan pada kita, disaat semua pintu amal telah terputus. Saat kematian bersama kita, ketika di alam barzah, menunggu hari Perhitungan.

Minggu, 17 Mei 2009

sebuah puisi...

Curahan hati seorang istri


Maka biarkan aku cemburu
hanya pada detik
aku merasa Allah pun tengah cemburu padamu


Maafkan jika senyumku tersembunyi
di balik air mata
dan kata-kata mesra
menjadi tanpa daya
karena terperangkap
dalam prasangka

Tapi Tuhan tahu
cinta yang kupunya lebih berwarna
Dari yang kau Kira

True story from a woman's hearth


February Rain

February Rain


Semua perasaan ini dari mana datangnya kita semua ngga akan tahu, "mungkin dari atas langitkah" yang aku tahu begitu besar kekuatannya bila cinta ada di pundak kita"

By: Cah boemen

Jumat, 01 Mei 2009

Kiat-Kiat Mempererat Cinta Suami Istri ^^

Kiat-Kiat Mempererat Cinta Suami Istri ^^


Oleh: Ustadz Fariq Gasim Anuz
Ada kejadian, seorang laki-laki sebelum menikah menginginkan istri yang cantik parasnya dan beberapa kriteria lainnya. Tetapi pada saat pernikahan, dia mendapatkan istrinya sangat jauh dari kriteria yang ia tetapkan. Subhanallah! Inilah jodoh, walaupun sudah berusaha keras, tetapi jika Allah menghendaki lain, semua akan terjadi. Pada awalnya ia terkejut karena istrinya ternyata kurang cantik, padahal sebelumnya sudah nazhar (melihat) calon istrinya tersebut. Sampai ayah dari pihak suami menganjurkan anaknya untuk menceraikan istrinya tersebut. Tetapi kemudian ia bersabar. Dan ternyata ia mendapati istrinya tersebut sebagai wanita yang shalihah, rajin shalat, taat kepada orang tuanya, taat kepada suaminya, selalu menyenangkan suami, juga rajin shalat malam.


Pada akhirnya, setelah sekian lama bergaul, sang suami ini merasa benar-benar puas dengan istrinya. Bahkan ia berpikir, lama-kelamaan istrinya bertambah cantik, dan ia sangat mencintai serta menyayanginya. Karena kesabaranlah Allah menumbuhkan cinta dan ketentraman. Ternyata faktor fisik tidaklah begitu pokok dalam menentukan kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga, walaupun bisa juga ikut berperan menentukan.
Berikut ini kami bawakan kiat-kiat praktis sebagai ikhtiar merekatkan cinta kasih antara suami istri, sehingga keharmonisan bisa tercipta.
Pertama. Saling memberi hadiah
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah bersabda:
“ Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling cinta mencintai.” (HR. Bukhari dlm Adabul Mufrad, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
Memberi hadiah merupakan salah satu bentuk perhatian seorang suami kepada istrinya, atau istri kepada suaminya. Terlebih bagi istri, hadiah dari suami mempunyai nilai yang sangat mengesankan. Hadiah tidak harus mahal, tetapi sebagai simbol perhatian suami kepada istri.
Seorang suami yang ketika pulang membawa sekedar oleh-oleh kesukaan istrinya, tentu akan membuat sang istri senang dan merasa mendapat perhatian. Dan seorang suami, semestinya lebih mengerti apa yang lebih disenangi oleh istrinya. Oleh karena itu, para suami hendaklah menunjukkan perhatian kepada istri, diungkapkan dengan memberi hadiah meski sederhana.
Kedua. Mengkhususkan waktu untuk duduk bersama
Jangan sampai antara suami istri sibuk dengan urusan masing-masing, dan tidak ada waktu untuk duduk bersama. Ada pertanyaan yang diajukan kepada Syaikh bin Baaz. Ada seorang pemuda tidak memperlakukan istri dengan baik. Yang menjadi penyebabnya, karena ia sibuk menghabiskan waktunya untuk berbagai pekerjaan yang berhubungan dengan studi dan lainnya, sehingga meninggalkan istri dan anak-anaknya dalam waktu lama. Masalah ini ditanyakan kepada Syaikh, apakah diperbolehkan sibuk menuntut ilmu dan sibuk beramal dengan resiko mengambil waktu yang seharusnya dikhususkan untuk isteri?
Syaikh bin Bazz menjawab pertanyaan ini. Beliau menyatakan, tidak ragu lagi, bahwa wajib atas suami untuk memperlakukan istrinya dengan baik berdasarkan firman Allah:
ayat17.jpg
“ Pergaulilah mereka dengan baik.” (QS. An Nisa’:19)
Juga sebagaimana sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam kepada Abdullah bin ‘Amr bin Ash, yaitu manakala sahabat ini sibuk dengan shalat malam dan sibuk dengan puasa, sehingga lupa dan lalai terhadap istrinya, maka Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam berkata:
“ Puasalah dan berbukalah. Tidur dan bangunlah. Puasalah sebulan selama tiga hari, karena sesungguhnya kebaikan itu memiliki sepuluh kali lipat. Sesungguhnya engkau memiliki kewajiban atas dirimu. Dirimu sendiri memiliki hak dan engkau juga mempunyai kewajiban terhadap isterimu, juga kepada tamumu. Maka, berikanlah haknya setiap orang yang memiliki hak.” (Muttafaqun ‘alaihi).
Banyak hadits yang menunjukkan adanya kewajiban agar suami memperlakukan isteri dengan baik. Oleh karena itu, para pemuda dan para suami hendaklah memperlakukan isteri dengan baik, berlemah lembut sesuai dengan kemampuan. Apabila memungkinkan untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugasnya di rumah, maka lakukanlah di rumah, sehingga disamping dia mendapatkan ilmu dan menyelesaikan tugas, dia juga dapat membuat isteri dan anak-anaknya senang. Kesimpulannya, adalah disyari’atkan atas suami mengkhususkan waktu-waktu tertentu, meluangkan waktu untuk isterinya, agar sang isteri merasa tentram, memperlakukan isterinya dengan baik; terlebih lagi apabila tidak memiliki anak.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“ Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik di antara kalian terhadap keluarganya. Dan saya adalah orang yang terbaik di antara kalian terhadap keluargaku.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam juga bersabda:
“ Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.” (HR. Tirmidzi)
Sebaliknya, seorang istri juga disyari’atkan untuk membantu suaminya, misalnya menyelesaikan tugas-tugas studi ataupun tugas kantor. Hendaklah dia bersabar apabila suaminya memiliki kekurangan karena kesibukannya, sehingga kurang memberikan waktu yang cukup kepada isterinya. Berdasarkan firman Allah, hendaklah antara suami dan istri saling bekerjasama :
ayat27.jpg
“Tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan takwa.” (QS. Al Maidah :2)
Juga berdasarkan keumuman sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
ayat36.jpg
“ Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya.” (Muttafaqun ‘alaihi, diterjemahkan dari buku Fatawa Islamiyyah)
Nasihat Syaikh bin Baaz tersebut ditujukan kepada kedua belah pihak. Kepada suami hendaklah benar-benar tidak sampai melalaikan, dan kepada istri pun untuk bisa bersabar dan memahami apabila suaminya sibuk bukan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Untuk para isteri, bisa juga mengoreksi diri mereka. Mungkin diantara sebab suami tidak kerasan di rumah karena memiliki isteri yang sering marah, selalu bermuka masam dan ketus apabila berbicara.
Ketiga. Menampakkan wajah yang ceria
Di antara cara untuk mempererat cinta kasih, hendaklah menampakkan wajah yang ceria. Ungkapan dengan bahasa wajah, mempunyai pengaruh yang besar dalam kegembiraan dan kesedihan seseorang. Seorang isteri akan senang jika suaminya berwajah ceria, tidak cemberut. Secara umum Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat44.jpg
“ Sedikit pun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu engkau menampakkan wajah ceria.” (HR. Muslim)
Begitu pula sebaliknya, ketika suami datang, seorang isteri jangan sampai menunjukkan wajah cemberut atau marah. Meskipun demikian, hendaknya seorang suami juga bisa memahami kondisi isteri secara kejiwaan. Misalnya, isteri yang sedang haidh atau nifas, terkadang melakukan tindakan yang menjengkelkan. Maka seorang suami hendaklah bersabar. Ada pertanyaan dari seorang isteri yang disampaikan kepada Syaikh bin Baaz, sebagai berikut:
Suami saya semoga Allah memaafkan dia, meskipun dia berpegang teguh dengan agama dan memiliki akhlak yang tinggi serta takut kepada Allah, tetapi dia tidak memiliki perhatian kepada saya sedikitpun. Jika di rumah, ia selalu berwajah cemberut, sempit dadanya dan terkadang dia mengatakan bahwa sayalah penyebab masalahnya. Tetapi Allah lah yang mengetahui bahwa saya alhamdulillah telah melaksanakan hak-haknya. Yakni menjalankan kewajiban saya sebagai isteri. Saya berusaha semaksimal mungkin dapat memberikan ketenangan kepada suami dan menjauhkan segala hal yang membuatnya tidak suka. Saya selalu sabar atas tindakan-tindakannya terhadap saya.
Setiap saya bertanya sesuatu kepadanya, dia selalu marah, dan dia mengatakan bahwa ucapan saya tidak bermanfaat dan kampungan. Padahal perlu diketahui, jika kepada teman-temannya, suami saya tersebut termasuk murah senyum. Sedangkan terhadap saya, ia tidak pernah tersenyum; yang ada hanyalah celaan dan perlakuan buruk. Hal ini menyakitkan dan saya merasa sering tersiksa dengan perbuatannya. Saya ragu-ragu dan beberapa kali berpikir untuk meninggalkan rumah.
Wahai Syaikh, apabila saya meninggalkan rumah dan mendidik sendiri anak-anak saya dan berusaha mencari pekerjaan untuk membiayai anak-anak saya sendiri, apakah saya berdosa? Ataukah saya harus tetap tinggal bersama suami dalam keadaan seperti ini, (yaitu) jarang berbicara dengan suami, (ia) tidak bekerja sama dan tidak merasakan problem saya ini?
Di jawab oleh Syaikh bin Baaz: “Tidak diragukan lagi, bahwa kewajiban atas suami isteri ialah bergaul dengan baik dan saling menampakkan wajah penuh dengan kecintaan. Dan hendaklah berakhlak dengan akhlak yang mulia, (yakni) dengan menampakkan wajah ceria, berdasarkan firman Allah:
ayat53.jpg
“ Pergaulilah mereka dengan baik.” (QS. An Nisa:19)
Juga dalam surat Al Baqarah ayat 228:
ayat62.jpg
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isteri.” (QS. Al Baqarah :228)
Arti kelebihan disini, secara umum laki-laki lebih unggul daripada wanita. Tetapi nilai-nilai yang ada pada setiap individu di sisi Allah, tidak berarti laki-laki pasti derajatnya lebih tinggi. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
“ Kebaikan itu adalah akhlak yang baik.” (HR. Muslim)
Dan berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
ayat72.jpg
“ Sedikitpun janganlah engkau menganggap remeh perbuatan baik, meskipun ketika berjumpa dengan saudaramu engkau menampakkan wajah ceria.” (HR. Muslim)
Juga berdasarkan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam:
ayat82.jpg
“ Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap isteri-isteri kalian.” (HR. Tirmidzi)
Ini semua menunjukkan, bahwa motivasi berakhlak yang baik dan menampakkan wajah ceria pada saat bertemu serta bergaul dengan baik kepada kaum Muslimin, berlaku secara umum; terlebih lagi kepada suami atau isteri dan kerabat. Oleh karena itu, engkau telah berbuat baik dalam hal kesabaran dan ketabahan atas penderitaanmu, yaitu menghadapi kekasaran dan keburukan suamimu. Saya berwasiat kepada dirimu untuk terus meningkatkan kesabaran dan tidak meninggalkan rumah di karenakan hal itu. Insya Allah akan mendatangkan kebaikan yang banyak. Dan akibat yang baik, insya Allah diberikan kepada orang-orang yang sabar. Banyak ayat yang menunjukkan, barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya balasan yang baik itu bagi orang-orang yang bertakwa. Dan sesungguhnya Allah akan memberi ganjaran yang besar tanpa hisab kepada orang-orang yang sabar.
Tidak ada halangan dan rintangan untuk bercanda dan bergurau, serta mengajak bicara suami dengan ucapan-ucapan yang dapat melunakkan hatinya, dan yang dapat menyebabkan lapang dadanya dan menumbuhkan kesadaran akan hak-hakmu. Tinggalkanlah tuntutan-tuntutan kebutuhan dunia (yang tidak pokok) selama sang suami melaksanakan kewajiban dengan memberikan nafkah dari kebutuhan-kebutuhan pokok, sehingga ia menjadi lapang dada dan hatinya tenang. Engkau akan merasakan balasan yang baik, insya Allah. Semoga Allah memberikan taufik kepada dirimu untuk mendapatkan kebaikan dan memperbaiki keadaan suamimu. Semoga Allah membimbingnya kepada kebaikan dan memperbaiki akhlaknya. Semoga Allah membimbingnya untuk dapat bermuka ceria dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya kepada isterinya dengan baik. Sesungguhnya, Allah adalah sebaik-baik yang diminta, dan Dia adalah pemberi hidayah kepada jalan yang lurus. (Dinukil dari buku Fatawa Islamiyyah).
Ini menunjukkan, bahwa seorang wanita diperbolehkan untuk mengeluh dan menyampaikan problemnya kepada orang yang alim, atau orang yang dianggap bisa menyelesaikan masalahnya. Hal ini tidak sama dengan sebagian wanita yang sering, atau suka menceritakan rahasia rumah tangganya, termasuk kelemahan dan keburukan suaminya kepada orang lain, tanpa bermaksud menyelesaikan masalahnya.
Sehubungan dengan permasalahan ini, Syaikh Utsaimin mengatakan, bahwa apa yang disampaikan oleh sebagian wanita yang menceritakan keadaan rumah tangganya kepada kerabatnya, bisa jadi (kepada) orang tua isteri atau kakak perempuannya, atau kerabat yang lainnya, bahkan kepada teman-temannya, (hukumnya) adalah diharamkan. Tidak halal bagi seorang wanita membuka rahasia rumah tangganya dan keadaan suaminya kepada seorangpun. Karena seorang wanita yang shalihah adalah yang bisa menjaga dan memelihara kedudukan martabat suaminya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam telah memberitakan, seburuk-buruk manusia kedudukannya disisi Allah pada hari Kiamat ialah seorang laki-laki yang suka menceritakan keburukan isterinya atau seorang wanita yang menceritakan keburukan suaminya.
Meski demikian, jangan dipahami bahwa secara mutlak seorang wanita tidak boleh menceritakan keburukan seorang suami. Karena, pada masa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam pun ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam dan berkata: “Ya, Rasulullah. Suami saya adalah orang yang kikir, tidak memberi nafkah yang cukup bagi saya. Bolehkah saya mengambil darinya tanpa sepengetahuannya untuk sekedar mencukupi kebutuhan saya dan anak saya?”
Mendengar penuturan orang ini, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjawab:
ayat9.jpg
“ Ambillah nominal yang mencukupi kebutuhanmu dan anakmu.” (Muttafaqun ‘alaih)
Keempat. Memberikan penghormatan dengan hangat kepada pasangannya
Memberikan penghormatan dengan hangat kepada pasangannya, baik ketika hendak pergi keluar rumah ataupun ketika pulang. Penghormatan itu hendaklah dilakukan dengan mesra. Dalam beberapa hadits diriwayatkan, ketika hendak pergi shalat, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam mencium isterinya tanpa berwudhu lagi dan langsung shalat. Ini menunjukkan, bahwa mencium isteri dapat mempererat hubungan antara suami isteri, meluluhkan kebekuan ataupun kekakuan antara suami isteri. Tentunya dengan melihat situasi, jangan dilakukan di hadapan anak-anak.
Perbuatan sebagian orang ketika seorang isteri menjemput suaminya yang datang dari luar kota atau dari luar negeri, ia mencium pipi kanan dan pipi kiri di tempat umum. Demikian ini tidak tepat. Memberikan penghormatan dengan hangat tidak mesti dengan mencium pasangannya. Misalnya, seorang suami dapat memanggil isterinya dengan baik, tidak menjelek-jelekkan keluarganya, tidak menegur isterinya dihadapan anak-anak mereka. Atau seorang isteri, bila melakukan penghormatan dengan menyambut kedatangan suaminya di depan pintu. Apabila suami hendak bepergian, isteri menyiapkan pakaian yang telah disetrika dan dimasukkannya ke dalam tas dengan rapi.
Suami hendaknya menghormati isterinya dengan mendengarkan ucapan isteri secara seksama. Sebab terkadang, ada sebagian suami, jika isterinya berbicara, ia justru sibuk dengan handphonenya mengirim sms atau sambl membaca Koran. Dia tidak serius mendengarkan ucapan isterinya. Dan jika menanggapinya, hanya dengan kata-kata singkat. Jika isteri mengeluh, suami mengatakan “hal seperti ini saja dipikirkan!”
Meskipun sepele atau ringan, tetapi hendaklah suami menanggapinya dengan serius, karena bagi isteri mungkin merupakan masalah yang besar dan berat.
Kelima. Hendaklah memuji pasangannya
Di antara kebutuhan manusia adalah keinginan untuk di puji- dalam batas- yang wajar. Dalam masalah pujian ini, para ulama telah menjelaskan, bahwa pujian diperbolehkan atau bahkan dianjurkan dengan syarat-syarat: untuk memberikan motivasi, pujian itu diungkapkan dengan jujur dan tulus, dan pujian itu tidak menyebabkan orang yang dipuji menjadi sombong atau lupa diri.
Abu Bakar As Siddiq radhiallahuanhu pernah di puji, dan dia berdoa kepada Allah: “Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku dengan apa yang mereka ucapkan. Jangan jadikan dosa bagiku dengan pujian mereka, jangan timbulkan sifat sombong. Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangka, dan ampunilah aku atas perbuatan-perbuatan dosa yang mereka tidak ketahui.”
Perkataan ini juga di ucapkan oleh Syaikh Al Albani ketika beliau di puji-puji oleh seseorang dihadapan manusia. Beliau rahimahullah menangis dan mengucapkan perkataan Abu Bakar tersebut serta mengatakan: “Saya ini hanyalah penuntut ilmu saja”.
Seorang isteri senang pujian dari suaminya, khususnya dihadapan orang lain, seperti keluarga suami atau isteri. Dia tidak suka jika suami menyebutkan aibnya, khususnya dihadapan orang lain. Jika masakan isteri kurang sedap jangan dicela.
Keenam. Bersama-sama melakukan tugas yang ringan
Di antara kesalahan sebagian suami ialah, mereka menolak untuk melakukan sebagian tugas di rumah. Mereka mempunyai anggapan, jika melakukan tugas di rumah, berarti mengurangi kedudukannya, menurunkan atau menjatuhkan kewibawaannya di hadapan sang isteri. Pendapat ini tidak benar.
Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam melakukan tugas-tugas di rumah, seperti menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sandalnya dan melakukan tugas-tugas di rumah. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dan terdapat dalam Jami’ush Shaghir. Terlebih lagi dalam keadaan darurat, seperti isteri sedang sakit setelah melahirkan. Terkadang isteri dalam keadaan repot, maka suami bisa meringankan beban isteri dengan memandikan anak atau menyuapi anak-anaknya. Hal ini disamping menyenangkan isteri, juga dapat menguatkan ikatan yang lebih erat lagi antara ayah dan anak-anaknya.
Ketujuh. Ucapan yang baik
Kalimat yang baik adalah kalimat-kalimat yang menyenangkan. Hendaklah menghindari kalimat-kalimat yang tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan. Seorang suami yang menegur isterinya karena tidak berhias, tidak mempercantik diri dengan celak dimata, harus dengan ucapan yang baik. (Nasihat untuk akhwat yg berkeluarga atau ibu-ibu. Hendaknya wanita mempercantik diri dan berhias untuk suaminya. Yang terjadi, umumnya berdandan dan mempercantik diri kalau mau keluar rumah, atau kalau ada walimah, misalnya. Sedangkan di rumah, ia enggan mempercantik diri dan tampil seadanya. Padahal berdandan dan mempercantik diri untuk keluar rumah hukumnya haram.)
Misalnya dengan perkataan “Mengapa engkau tidak memakai celak?” Isteri menjawab dengan kalimat yang menyenangkan: “Kalau aku memakai celak, akan mengganggu mataku untuk melihat wajahmu”.
Perkataan yang demikian menunjukkan ungkapan perasaan cinta isteri kepada suami. Ketika ditegur, ia menjawab dengan kalimat yang menyenangkan. Berbeda dengan kasus lain. Saat suami isteri berjalan-jalan di bawah bulan pernama, suami bertanya:”Tahukah engkau bulan purnama di atas?” Mendengar pertanyaan ini, sang isteri menjawab:”Apakah engkau lihat aku buta?”
Kedelapan. Perlu berekreasi berdua tanpa membawa anak
Rutinitas pekerjaan suami di luar rumah dan pekerjaan isteri di rumah membuat suasana menjadi keruh. Sekali-kali diperlukan suasana lain dengan cara pergi berdua tanpa membawa anak. Hal ini sangat penting, karena bisa memperbaharui cinta suami isteri. Kita mempunyai anak, lantas bagaimana caranya? Ini memang sebuah problem. Kita cari solusinya, jangan menyerah begitu saja.
Bukan berarti setelah mempunyai anak banyak tidak bisa pergi berdua. Tidak! kita bisa meminta tolong kepada saudara, kerabat ataupun tetangga untuk menjaga anak-anak, lalu kita dapat pergi bersilaturahmi atau belanja ke toko dan lain sebagainya. Kemudian pada kesempatan lainnya, kita pergi berekreasi membawa isteri dan anak-anak.
Kesembilan. Hendaklah memiliki rasa empati pada pasangannya
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
ayat10.jpg
“ Perumpamaan kaum mukminan antara satu dengan yang lainnya itu seperti satu tubuh. Apabila ada satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain pun ikut merasakannya sebagai orang yang tidak dapat tidur dan orang yang terkena penyakit demam.” (HR. Muslim)
Ini berlaku secara umum kepada semua kaum muslimin. Rasa empati harus ada. Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, termasuk kepada isteri atau suami. Jangan sampai suami sakit, terbaring ditempat tidur, isteri tertawa-tawa disampingnya, bergurau, bercanda. Begitu pula sebaliknya, jangan sampai karena kesibukan, suami kemudian kurang merasakan apa yang dirasakan oleh isteri.
Kesepuluh. Perlu adanya keterbukaan
Keterbukaan antara suami dan isteri sangat penting. Di antara problem yang timbul di keluarga, lantaran antara suami dan isteri masing-masing menutup diri, tidak terbuka menyampaikan problemnya kepada pasangannya. Yang akhirnya kian menumpuk. Pada gilirannya menjadi lebih besar, sampai akhirnya meledak.
Inilah sepuluh tips untuk merekatkan hubungan suami isteri, sehingga biduk rumah tangga tetap harmonis dan tentram. Semoga bermanfaat, menjadi bekal keharmonisan keluarga.


Ketika

Bagaimana perasaanmu jika seseorang yang direncanakan akan menjadi pendamping hidupmu ternyata pergi?

Mungkin hatimu nelangsa. Ada sejumput kecewa berkecambah.




Andai…

Dulu aku menerima dia apa adanya, pasti aku yang bersanding dengannya, begitu bisik hatimu.



Coba kita renungkan. Mungkin kau pernah ke toko pakaian. Kau memilih pakaian yang pas untukmu, mungkin pramuniaga menyarankan, “ini pakaian yg cocok untuk anda.” Kau membawanya ke fitting room, mencobanya, betulkah pakaian itu cocok untukmu?

Kau teliti bahannya, jahitannya, ukurannya, setelah memeriksa dengan seksama kau merasa kurang sreg dg pakaian itu. Dengan kata maaf pada pramuniaga, kau kembalikan pakaian itu ke tempatnya.



Kau beralih ke gerai pakaian lain. Hal yg sama mungkin terulang; pakaian yg menurut orang lain pas untukmu, atau pakaian yg sepintas cocok untukmu, ternyata tidak tepat setelah diteliti.



Sebuah pakaian mungkin cocok untuk orang lain, tapi tak cocok untukmu. Kau tak membeli pakaian gelap karna kulitmu sawo matang, kau tak cocok mengenakan kemeja dengan motif vertical berdempet, karna posturmu kurus tinggi; motif itu akan membuatmu terlihat semakin kurus. Kau harus berdamai dengan situasi dan kondisi. Tetapi yakinlah ada pakaian yg tepat disebuah gerai tertentu yg cocok untuk setiap orang..



Ada juga seseorang yg tak yakin dg sebuah pakaian, tapi ia tetap mencobanya. Ia bertanya-tanya, cocokkah pakaian ini untukku? Ia meneliti dg seksama, ia menemukan fakta bahwa tak ada hal yg membuat ia harus menolak pakaian itu. Apalagi pakaian itu hadiah seseorang yg dihormatinya, dikasihinya atau mumpung sedang ad great sale!!! Beli sekarang atau menyesal kemudian. Bertahun-tahun setelah mengenakan pakaian itu memang cocok untuknya.



Pakaianmu, pasangan untukmu. Bisa cocok untuk orang lain tidak dgnmu. Maka tak perlu bersedih jika seseorang yg kau kira tepat untukmu bersanding dg orang lain; orang yg dekat denganmu.



Yakinlah pasangan yg tepat ada di suatu tempat dan kau akan berjumpa dengannya disuatu masa tertentu. Mungkin Yang Kuasa sengaja menyimpannya, agar saat bertemu dengan kau benar-benar siap berdampingan dgnnya.

Sesuatu yang baik menurutmu, belum tentu baik menurut-Nya. Terus berusaha dan berdoa. Perbaiki diri sampai akhirnya kau temukan pakaian yang cocok untukmu.



Bertahun-tahun yang lalu, saya berdoa kepada Tuhan untuk memberikan saya pasangan. “engkau tidak memiliki pasangan karna engkau tidak memintanya”, Tuhan menjawab.

Tidak hanya saya meminta kepada Tuhan, seraya menjelaskan kriteria pasangan yg saya inginkan. Saya menginginkan pasangan yg baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris, penuh perhatian. Saya bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yg selama ini saya impikan.



Sejalan dengan berlalunya waktu, saya menambahkan daftar kriteria yang saya inginkan dalam pasangan saya. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hati saya,

“HambaKu, Aku tidak dapat memberikan apa yg engkau inginkan.”

Saya bertanya, “mengapa Tuhan?” dan Ia menjawab, “karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar.”

Aku bertanya lagi, “Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dariMu?”

Jawab Tuhan, “Aku akan menjelaskan kepadamu. Adalah suatu ketidakadilan dan ketidakbenaran bagiKu untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau.. tidaklah adil bagiKu untuk memberikan seseorang yg penuh dg cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau kasat; atau memberikan seseorang yg mudah mengampuni, tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam; seseorang yg sensitif namun engkau sendiri tidak....”

Kemudian Ia berkata kepada saya. “adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yg Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yg engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semua itu. Pasanganmu akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian akan menjadi satu.



Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.

Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yg lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yg solid. Aku tidak memberikan pasangan yg sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yg dapat tumbuh bersamamu.”



Ini untuk yg baru saja menikah, yg sudah menikah, yg akan menikah dan sedang mencari, khusus yg sedang mencari..



JIKA...

Jika kamu memancing ikan, setelah ikan itu terikat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu, jgn sesekali kamu lepaskan ia semula ke dalam air begitu saja. Karena ia akan sakit oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu dan mungkin akan menderita selagi ia masih hidup.



Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...

Setelah ia menyayangimu hendaklah kamu menjaga hatinya.. janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja.. karena ia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi dia mengingat... jika kamu menadah air biarlah berpada, jgn terlalu mengharap pada takungannya dan janganlah menganggap ia begitu teguh.. cukuplah sekedar keperluanmu. . apabila sekali ia retak..tentu sukar untuk menambalnya semula..akhirnya ia dibuang..sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat diperdunakan lagi..

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya. Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya. ...Begitu istimewa....

Anggaplah ia manusia biasa. Apabila sekali ia melakukan kesilapan bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya. .akhirnya kamu kecewa dan meninggalkannya. .

Sedangkan jika kamu memaafkannya boleh jadi hubungan kamu akan terus...Hingga ke akhirnya..



Jika kamu memiliki sepinggan nasi, yg pasti baik untuk dirimu, mengenyangkan, berkhasiat. Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yg lain, terlalu ingin mengejar kelezatan. Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya. Kamu akan menyesal.



Begitulah juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan.. yg membawa kebaikan kepada dirimu, menyayangimu, mengasihimu. Mengapa kamu berlengah? Dengan coba bandingkannya dengan yg lain.. Terlalu mengejar kesempurnaan. ..